Liburan yang tak terlupakan

18 05 2009

Liburan sekolah kali ini sungguh memberikan ketenangan kepada kami, karena anak-anak dibawa oleh orang tuaku bepergian tour ke pulau, sehingga praktis di rumah hanya tinggal aku dan istriku serta pembantu.

“Ma.. besok kita jalan yuk..”kataku malam itu pada Anita istriku yang juga tampak bosan menonton siaran TV, ”Mumpung anak-anak nggak ada kita bisa pergi santai kemanapun yang kita inginkan” kataku melanjutkan.

”Mm..boleh.., memang mau kemana ..?,” tanyanya.

”Ah.. pokoknya siapkan saja lah.., pagi-pagi kita ke airport, sedapatnya tiket aja”

Begitulah.. pukul 07.00 kami sudah di Cengkareng Airport, dan melihat-lihat jadwal keberangkatan, kucari kenalanku seorang District Manager sebuah Airlines dan akhirnya sebelum tengah hari kami sudah berada di udara menuju Pulau Batam.

Di Batam ternyata kami cuma betah sehari, udara yang panas, semrawut, mau belanja juga tidak ada yang cukup menarik untuk di beli ditambah dengan suasana yang bagi kami kurang nyaman membuat kami memutuskan untuk menyeberang ke Singapore,

Menjelang sore kami sudah Check In di sebuah hotel sekitar Orchard Road, karena kupikir pasti Anita ingin memuaskan hasratnya berbelanja.

Malam itu kami makan malam di sebuah restaurant favorit kami di sekitar Kampong Bugis, mengenang masa lalu karena memang dulu sebelum anak-anak lahir sering kali kita makan disini, bahkan pernah terbang dari Jakarta hanya untuk makan dan balik lagi, yah itulah kadang pola hidup kami sejak dulu, semua dilakukan sesuai hasrat hati kami semata.

”Hai.. Apa kabar..?” sebuah suara bariton menyapaku dan ketika aku menatapnya seringai senyum sebuah wajah yang tak asing lagi terpampang dihadapanku.

”Eh.. Anton… ngapain lu disini?” tanyaku, dan Anton langsung menyalami dan mencium pipi Anita.

”Roy… kenalin nih teman papa…” katanya dan seorang pemuda berusia kurang lebih 18 tahun menyodorkan tangannya kepada kami.

”Ini anakku, dia baru lulus SMA, rencananya mau sekolah disini, makanya kuajak sekalian melihat beberapa calon sekolah yang mungkin cocok..”, Anton menjelaskan dan Roy, anak muda itu nampak mirip sekali dengan bapaknya, cuma lebih jangkung dan putih.

Kami duduk satu meja dan aku ngobrol asyik dengan Anton, yah cerita banyak hal tentang masa lalu, apalagi dia sahabatku saat masih kuliah dulu, walau kita beda usia dan tingkat.

”Kebetulan, aku ketemu kalian disini, besok sore aku mesti balik Jakarta, urusan sekolah Roy besok kubereskan, dia sih masih ingin main–main disini, kalau kalian nggak keberatan…” Belum selesai ia berkata anak muda itu sudah menyelak

”Pah.. nggak mau.. Roy ikut balik ke Jakarta..” katanya.

”Tenang Roy…. kami welcome kok.., kita memang lagi santai…, malah asyik ada temen.., tante masih mau ke Sentosa Islands, terus masih mau belanja, udah kamu ikut kita aja, biar papamu balik ke Jakarta, kita masih 2-3 hari kok disini, nanti tante temenin cari apa yang mau kamu beli, pasti ada deh yang mau dibeli tapi nggak enak sama papamu ya kan?” tiba-tiba saja Anita sudah nyerocos panjang lebar sambil kakinya menendang kakiku di bawah meja.

Aku masih belum mengerti maksudnya namun kuikuti saja kemauannya.

Walau semula masih menolak namun bujukan Anita dan papanya membuat Roy mau tetap tinggal dan besok kami akan mengantar Anton ke Bandara.

”Kamu ngapain sih..?”, tanyaku saat kita sudah berdua saja, ”Katanya mau santai kok malah ngasuh anak orang?” tanyaku lagi, dan dengan senyum khasnya istriku membisikkan sesuatu ditelingaku

”Kamu ngaco.. kalau orang tuanya tahu..” kataku kaget juga dengan pikiran ’gila’ Anita.

”Nggak lah kayak nggak pernah remaja aja kamu..”, dan akupun jadi tertarik melihat kelanjutan ulah Anita istriku itu.

Begitulah.., setelah mengantar Roy ke Changi Airport, kami bertiga kembali ke hotel dan atas usul Anita semalam, kami pindah dari hotel ke sebuah service apartment dengan dua kamar di daerah mansion road, yang sebenarnya sih tidak terlalu jauh.

Setelah makan malam dan berbelanja, bertiga kami menuju apartemen dan dalam waktu singkat Anita sudah berhasil ’mengambil hati’ Roy, tentu saja anak muda itu tetap memperlakukan istriku dengan penuh kesopanan dan hormat, sementara istriku juga bersikap seakan seorang ’tante’ yang baik.

Malam itu, sambil nonton TV dan ngobrol dengan suasana santai, istriku memang memakai pakaian santai walau sexy, hot pants dan tank top ketat, namun tetap ’normal’ dan tidak ada ’move’ yang berarti, sementara Roy juga sudah sangat relax dengan kami, namun aku tahu kalau matanya terkadang ’menyambar’ ke dada dan paha istriku, tapi semua berjalan biasa sampai masing-masing masuk kamar.

”Pah..,” katanya saat kami baru saja selesai melakukan hubungan sex yang sangat menggairahkan,

”Mmm….?” jawabku agak malas, karena masih belum lepas dari sensasi kenikmatan yang baru saja kudapat.

Sambil menyandarkan kepalanya didadaku ia menjawab

”Besok siang.. tinggalkan mama sama Roy.. aja.. ya”

”Oh…??” tanyaku

”Iya..anak itu masih polos banget, kalau papa ada, nggak mungkin.., lagian kalau dia nggak tahu kalau papa tahu…., pasti mati-matian dia jaga hal yang dianggap rahasia..” katanya lagi, dan dari lirikan matanya yang ’nakal’ itu aku bisa menduga apa yang dipikirnya.

”Oke…, tapi cerita ya nanti…” jawabku

Anita tidak menjawab, namun kepalanya mulai turun dari dadaku ke perut dan terus turun….

Siang harinya setelah mengunjungi beberapa tempat, kami makan siang dan Anita beralasan lelah dan ingin kembali ke apartment, sementara aku mengatakan masih mau mencari beberapa barang di KM 14, lokasi barang barang untuk otomotif, karena memang sesuai hobbyku.

”Roy.., temenin tante ya, Oom mau cari variasi mobil dulu, agak jauh sih.., ”
”Baik Oom” jawab anak muda dengan polosnya

Setelah mencium istriku, aku memisahkan diri, dan menduga-duga apa yang dilakukan istriku yang cantik, sexy namun nakal itu ?

Aku kembali agak larut, setelah sebelumnya menelpon Anita menyampaikan aku segera kembali, maklum aku nggak mau mengejutkan mereka, dan dengan tangan penuh belanjaan variasi kendaraan yang kubeli sepanjang siang dan sore aku memasuki apartment.

”Hey… makan dulu., mama pesen chinese food nih..” kata istriku sambil menyambutku, mencium bibirku dan membantu meletakan belanjaanku, sementara Roy tak kulihat.

”Dia dikamarnya..” bisik istriku.

Kami makan malam bersama, dan walau istriku bersikap biasa namun kulihat Roy agak salah tingkah, lebih pendiam namun sesekali matanya menatap istriku, hm.. aku yakin anak ini telah ‘dibantai’, sungguh tak sabar aku ingin mendengar ceritanya.

Malam itu kami dikamar, istriku menceritakan segalanya dan cerita itu kami akhiri dengan sebuah permainan sex yang sangat ‘panas’. Sesampainya di apartment aku mandi, berganti pakaian lalu menggunakan salah satu baju suamiku yang jelas saja sangat kebesaran untukku sehingga seperti pakai daster mini, untuk satu dan lain alasan kulepas bra dan hanya menggunakan celana dalam mini berwarna putih tipis.

Karena hawa yang cukup panas tadi Roy juga mandi segera setelah aku selesai dan ketika keluar ia menggunakan celana training dan kaos, tubuhnya atletis dan kemudaan yang memancar sungguh menggodaku.

Kuatir anak itu pergi ke fitness centre yang ada di lingkungan apartment itu, kupanggil anak itu dan kuajak ngobrol.

”Roy.., kamu sudah punya pacar..?” tanyaku memancing

“Belum tante, ..” jawabnya dan mukannya memerah.

”Ah..masa.. pemuda secakep kamu belum punya pacar..?” tanyaku lagi.

”Iya..bener.., kata papa Roy mesti lulus dulu baru boleh pacaran..” jawabnya polos.

”Ah.. papamu keterlaluan.., kayak nggak pernah muda aja..” aku berkata seenaknya, lalu kulonjorkan kaki sambil mengatur posisi dudukku, baju yang dua kancing atasnya sengaja kubiarkan terbuka terkadang membuat payudaraku terlihat sekilas dan aku tahu kalau ia seringkali melirik berusaha memandang lebih jelas.

”Sorry ya.., nggak apa-apa kan kalau tante relax begini..?” tanyaku

”Nggak apa tan, kalau tante mau tidur silahkan saja.., Roy bisa ke fitness centre kok” jawabnya lagi.

”Nggak tante mau ditemenin ngobrol, mau kan ..?” tanyaku.

Dengan senyum anak muda itu mnengguk.

”Roy… ” tanyaku lembut

”Ya tante..?” tanyanya

”Boleh nggak tante minta pendapat kamu..?”

”Boleh… ” jawabnya ”Tentang apa..?”

”Gini…, ” jawabku

”Tante kan udah hampir 40 tahun, kayaknya udah tua…, kalau menurut Roy tante udah tua..?” tanyaku.

”Nggak tante.. tante masih cantik sekali.., malah paling cantik” jawabnya spontan.

”Masa…., mungkin kamu lihat tante di wajah saja ’kali, kan kalau wajah pakai make up” kataku lagi bersikeras.

”Bener.., tante Anita cantk sekali” jawabnya, namun wajahnya mulai memerah, agak canggung ia dengan percakapan ini.

”Oke.., gini tante mau pendapat kamu ya, tapi kamu harus jujur kalau nggak bagus bilang, oke..?” tanyaku

”Iya.. tante.” jawabnya masih belum mengerti arah yang kutuju.

Aku lalu berdiri dihadapannya, lalu dengan perlahan kulepas baju yang kukenakan, sehingga tinggal mengenakan celana dalam putih tipis.

”Nah… coba kamu perhatikan…, ada nggak yang udah kurang bagus..?” aku bertanya dan melihat padanya yang menatapku dengan mata nanar dan jakun naik turun.

”Bagus tante…” namun ia menunduk tidak berani melihatku lebih lama lagi.

”Ah..kamu nggak perhatiin.., sini berdiri..” lalu kutarik tangan yang tiba-tiba terasa dingin itu dan dengan berdiri dihadapannya kubawa tangannya meraba payudaraku yang selama ini jadi kebanggaanku,

”Kamu raba dong.., kalau udah kendor atau kegemukan bilang” kataku lagi dan tangannya kubawa meraba tubuhku.

Dengan tangan agak gemetar Roy meraba tubuhku.. dan kulihat dari balik celana trainingnya sesuatu mulai menggelembung.

”Ba.. bagus… tante..” katanya dengan suara serak agak berbisik.

”Aku berdiri memunggunginya, kedua tangannya kutarik memelukku dari belakang memegang payudaraku dan terasa dipantatku kalau kemaluannya menegang hebat.

Kubawa tangannya turun ke perut masuk kedalam celana dalamku, dan ketika tangannya yang terus ’kutuntun’ menyentuh vaginaku ia seperti kena stroom, tergetar.

Agak lama kami berada dalam posisi itu dan aku menikmati rangsangan yang datang dalam diriku, lalu kulepaskan tangannya, menurunkan celana dalamku dan berbalik menghadapinya telanjang bulat.

”Gimana…, ada yang udah kurang bagus Roy?” tanyaku.

“Ngg.. nggak tante.., tante cantik sekali..” katanya menatap tubuhku dan wajahnya agak berkeringat.

”Katanya kalau cowok melihat wanita cantik, ’itunya’ bangun.. kalau memang nggak bohong.. ayo.. mana tante mau lihat kamu juga, ntar kamu cuma nyenengin tante aja..,” kataku sambil maju dan mulai melepaskan celana dan kaos yang dikenakannya.

”Nanti.. kalau oom datang.. tante..”, katanya sambil berusaha mundur.
”Ah.., nggak Oom kalau mau datang pasti telepon dulu, lagian kalau udah urusan mobil nggak kenal waktu..” dan dengan cekatan tanganku membantu melepaskan kaos yang dikenakannya menyusul training sekaligus celana dalamnya turun terlepas, dan ’praang..,” kemaluan yang tegang itu seakan meloncat keluar, ketika celananya turun.

Kini kami berdua berdiri berhadapan telanjang bulat dan tanpa basa basi lagi kugenggam kemaluan anak muda yang lumayan besar ukurannya itu, aku merapat, mendongak karena ia memang lebih tinggi dariku kuraih kepalanya dengan tanganku yang satunya dan sekejab kemudian bibirnya sudah berpagutan dengan bibirku.

Roy sungguh masih polos, maka aku berusaha menjadi ’guru’ yang baik, lidahku menerobos rongga mulutnya mencari lidahnya dan ternyata ia murid yang pandai.., karena beberapa saat kemudian sudah bisa mengimbangi ciuman-ciuman yang kulakukan.

Kurebahkan ia di sofa, mulai kucium lehernya, terus turun ke dadanya, kumainkan dan kuhisap putingnya, turun keperutnya dan ia cuma bisa mendesah dan mendesah.., lidahku terus turun kebawah, ketika mencapai batangnya sengaja kulewati dulu, kujilat sekilas bijinya, dan ia menggelinjang hebat, ketika kulirik kepala kemaluannya sudah mengeluarkan cairan bening.., kukecup dan kujilat, lalu aku mulai menjilat pahanya, lututnya dan ketika naik kembali ke pahanya kemaluannya yang kugenggam berdenyut dahsyat., hm… anak ini belum pernah bercinta pikirku., aku masih bermain dan mulai dengan bijinya, kujilat dan sesekali batangnya kujilat dari bawah keatas, beberapa kali seperti itu, baru kepala kemaluannya kumasukan dalam mulutku dan benar saja, baru dua atau tiga kali kuhisap, ia berteriak, menggelinjang dan dengan denyutan yang terasa sekali di batang kemaluannya anak muda berusai 18 tahun itu melepaskan air maninya dalam mulutku, gurih, agak asin, manis dan hangat., dan.. banyak sekali sehingga harus beberapa menelan untuk meminum tuntas dan ia terkapar lemas.

Melihat sensasi yang diterimanya aku tersenyum puas, namun vaginaku sendiri juga terasa hangat, kutekan dadanya saat ia mau bangkit,

”Santai..saja.., minum dulu ya?”

Kataku..

”Dan jangan pakai baju..” kataku lagi lalu berjalan bugil ke dapur dengan buah dadaku bergoyang goyang.

Kubiarkan ia bersantai sejenak, lalu kujak kekamarnya.

Dasar anak muda, belum sampai seperempat jam kemaluannya sudah mulai bangkit lagi.

Kini ia yang mulai berani menciumku lalu lidahnya mulai mencari puting payudaraku, kadang ku’ajari’, supaya jangan terlalu keras menghisap dan ketika lidahnya sampai di vaginaku, aku benar-benar harus mengajarinya karena terkadang akibat nafsu yang sangat klitorisku beberapa kali kena giginya,

“Aw.., aduh.., yang lembut sayang…, ya pakai lidah kamu, nah…gitu, hh…yah terusin” dan sebagai ’murid’ yang pandai sebentar saja ia sudah menguasai mata pelajarannya.

Kini dengan posisi diatas kuarahkan kemaluannya memasuki lubang vaginaku dan sebentar kemudian aku sudah mengendarainya.

Permainan kali ini agak lama, maklum ia sudah keluar banyak sekali tadi, dan malah aku yang tidak tahan..

”Ah…tante keluar..ah…” namun ia tetap saja bergerak.

Lelah dengan posisi itu apalagi aku sudah klimax, aku sekarang dibawah dan dengan tidak sabar ia mengarahkan lagi kemaluannya memasuki vaginaku dan bless…, dengan keras dihunjamnya hingga habis batangnya terbenam dalam vaginaku, aku tidak banyak bereaksi menunggu redanya klimax yang baru kurasakan, karena aku nggak mau menjadi ngilu kalau banyak bergerak.

Kecipak dan suara lain yang keluar dari kemaluan kami benar-benar menambah erotis suasana, dan setelah beberapa lama kurasakan getaran-getaranku mulai kembali dan kini aku mulai mengayunkan pinggulku mengimbangi gerak naik turun pinggul Roy diatasku. Bibir kami saling berpagutan dan tubuh kami di penuhi keringat yang mengucur dan setelah mati-matian aku coba bertahan akhirnya kurasakan kalau ia juga sudah mulai mendekati puncak, dan……

”Sama.. sama… Roy… sama-sama….. dan… ahh… kali ini berbarengan aku klimax dan Roy menyemburkan maninya dalam vaginaku.., masih hampir sama banyaknya dengan yang pertama.., sungguh….. kalau masih muda….

Setelah kubiarkan kemaluan Roy ’terendam’ cukup lama, akhirnya ia tergeletak lemas dan…….. langsung tertidur.., akupun tidak mengganggunya.

Sore hari kami bangun, lalu mandi bersama, sambil mandi dan saling menyabuni kemaluan Roy sudah tegak lagi namun kali ini aku tidak mau bersetubuh, karena masih harus ’kusisakan’ untuk suamiku malam nanti.., jadi setelah mandi sekali lagi kugunakan mulutku dan kali ini ’pelajaran’ kutambah, ia kusuruh telentang, kuganjal pinggulnya dengan bantal, dan sesekali kuangkat kakinya tingi-tinggi dan lidahku menjilati anusnya, sampai ia tergelinjang dengan hebatnya, dan saat ia menyemburkan lagi maninya, benar-benar kunikmati air mani yang hangat dan kuminum tak bersisa.

Sampai disini mendengar cerita istriku aku tak tahan lagi kutarik kepalanya, kucium bibirnya dan kudorong kepalanya ke arah kemaluanku yang sudah tegang dan mulut hangatnya segera menyambutnya.

Dengan posisi duduk diranjang dan aku berdiri dihadapannya, kumaju mundurkan kemaluanku dalam mulut Anita yang dengan mahirnya ia imbangi dengan hisapan dan kulumannya

Aku tak bertahan lama, dengan satu erangan kucoba membenamkan sedalam mungkin dan

”Aaahhh…” kurasakan air maniku menyembur dengan denyut yang keras sekali, dan… ketika kulepaskan dari mulut istriku tiada setetespun yang tersisa, memang entah mengapa Anita suka sekali meminum air mani laki laki, dan kadang bersetubuh saja tidak cukup memuaskannya kalau belum menikmati limpahan air mani dalam mulutnya.

Aku hanya diberikan istirahat sebentar dan istriku sudah mulai lagi ’menyerangku’ yang kali ini diakhiri dengan memenuhi kembali vaginanya yang tadi sepanjang siang baru saja diisi oleh Roy.

Paginya seperti biasa, kami sarapan dan pergi sight seeing, kembali ke apartment menjelang sore, kali ini Anita sudah punya rencana lain, apalagi malam ini adalah malam terakhir kami di Singapore.

Sesuai kesepakatan, setelah makan malam, aku pura-pura mengeluh sakit kepala, minta obat dan pamit tidur, jam menunjukan menjelang pk. 21.00.

Aku masuk kamar, mematikan lampu namun sengaja pintu tidak kurapatkan sehingga aku bisa memandang ruang tamu dengan leluasa dan kulihat Anita duduk berdampingan dengan Roy menonton acara TV.

Sekitar lima belas menit kemudian kulihat keduanya sudah mulai berciuman saling memagut, dan ketika Roy lamat-lamat kudengar menanyakanku istriku menjawab

”Tenang… saja…, Oom udah pulas kok”, namun istriku menolak ketika Roy mengajak kekamarnya.

”Nggak, kita disini aja, kalau dikamar tante nggak bisa memantau nanti kalau misalnya dipanggil” dan sesaat kemudian mereka sudah telanjang bulat.

Disofa yang cukup lebar itu mereka mengambil poisi 69, istriku dibawah dengan kaki terbuka lebar yang satu mengait disandaran sofa dan satunya menjuntai kelantai memberi akses yang seluas-luasnya kepada Roy, sementara kemaluan anak muda itu sudah di mulut istriku.

Roy tidak mampu bertahan lama, digerakannya pinggulnya naik turun dan dengan diiringi erangan Roy, istriku berusaha keras agar semua yang dikeluarkannya tidak terbuang diluar mulutnya, namun selain jumlahnya banyak, posisinya juga kurang pas sehingga air mani anak muda membasahi juga pipinya, yang lalu dengan telunjuknya disapunya dan dimasukan ke mulutnya, matanya melirik ke kamar yang dia tahu aku pasti sedang menonton shownya.

Posisi doggy style yang mereka lakukan menimbulkan suara-suara yang seru dan keplok-keplok biji Roy yang mengenai pantat Anita juga menimbulkan irama tersendiri, berganti-ganti posisi yang mereka lakukan dan akhirnya Roy, si anak muda itu melenguh panjang dan menumpahkan isinya dalam vagina istriku.

Mereka diam sejenak lalu Roy membawa pakaiannya dan melangkah gontai ke kamarnya sementara dengan menenteng semua pakaiannya dan masih tetap telanjang bulat dengan vagina yang masih dipenuhi air mani Roy, Anita melangkah ke kamar kami.

Suasana dalam kamar yang gelap membuatku tidak jelas melihat wajah istriku, namun saat kami berpelukan aku merasakan aroma air mani saat mencium mulut istriku, lalu tiba-tiba ia mendorongku keranjang, memposisikan vaginanya, kemaluanku langsung memasuki vagina yang masih penuh dengan air mani Roy, hangat dan sensasional menurutku.

Paginya kami berkemas, aku masih sempat memberi kesempatan Anita menuntaskan hasratnya sekali lagi dengan Roy, dan kamipun kembali ke Jakarta, Liburan yang menyenangkan.





Memuaskan Bunga SMA

18 05 2009
Suatu siang aku jalan-jalan ke pusat perbelanjaan buat refresing…. ya.. liat-liat cewek cantik. Begitu aku lagi liat kiri kanan.. eee.. tak taunya seseorang menubrukku. Wanita ini sepertinya habis belanja banyak dan tergesa-gesa hingga tak tahunya menubruk orang.

Begitu bertabrakan… aku langsung membantu memberesi barang-barangnya yang berserakan. Tak lupa kuucapkan permintaan maafku padanya karena tak sengaja menabraknya…. walau sebenarnya dialah yang harus minta maaf padaku.

“Maaf.. mbak… nggak sengaja nih…” kataku padanya.

“Ya… nggak apa-apa lagi…. oya.. kamu Andy kan….” katanya padaku.

“Iya.. saya Andy…. dan mbak siapa ya… kok tahu nama saya”

“Kamu nggak ingat sama aku ya… teman SMA kamu… yang suka jahilin kamu….” katanya padaku.

“Siapa ya…. eeeee…. maaf … Rani ya…. Si Bunga SMA“

“Tepat sekali…. tapi tadi kok kamu manggil aku mbak seh…”

“Maaf deh…. abis aku nggak tau siapa kamu..”

“Kenapa.. lupa ya sama aku…. atau emang udah dilupain ya…”

“Ya.. gimana ya.. kamu cantik banget.. beda dengan yang dulu..” kataku sedikit memujinya.

“Ahk kamu…. biasa aja kok…” katanya sambil tersipu malu.

“Oh ya…. kita ke kafe yuk.. buat ngerayain pertemuan kita ini…”

“Ok deh… tapi kamu yang traktir aku ya… abis aku lagi bokek nih” kataku padanya.

“Ya.. nggak masalah lagi….”

Aku dan Rani pergi ke kafe langganannya Rani. Sampai disana kami memilih meja yang paling pojok. Suasana di dalam kafe ini sangat sejuk dan nyaman… membuat orang yang berada didalamnya betah untuk duduk berlama-lama.

“Gimana kabar kamu sekarang Andy….. udah berkeluarga ya…” tanya Rani padaku.

“Aku seh baik-baik aja…. masih sendiri lagi…. masih kepengen bebas”

“Kalau kamu gimana…. udah berkeluarga ya….” tanyaku padanya.

“Aku udah married…. udah 3 tahun”

“Asyik dunk…. trus suami kamu mana… kok pergi sendirian…. nggak takut digodain sama lelaki iseng”

“Ah kamu.. biasa aja lagi…. laki aku lagi ke LN… urusan bisnis katanya” “Eh… ayo makan.. kok di diamin aja nih”

Kamipun akhirnya menyantap hidangan yang telah tersedia. Habis makan, kami jalan-jalan dan pulang kerumah masing-masing

Beberapa hari kemudian…. Rani mengirim SMS ke HP-ku…. isinya mengajak aku untuk main ke rumahnya. SMS-nya kubalas…. dan aku tanyakan dimana alamat rumahnya. Beberapa menit kemudian, Rani membalas SMS-ku dan menyebutkan alamat rumahnya.

Aku berangkat ke rumah Rani… si bunga SMA. Tak lama kemudian aku sampai di depan rumah mewah. Kubaca kembali alamat yang diberikan oleh Rani dan kucocokkan dengan nomor rumah yang tertera didepan pintu.

Pass… memang benar ini rumahnya. Kutekan bel yang ada didepanku. Beberapa saat kemudian pintu pagar terbuka dengan sendirinya. Aku masuk, pintu pagarpun ikut tertutup dengan sendirinya. Aku berjalan menuju teras depan dan Rani telah menungguku disana.

“Hii..gimana kabar kamu sekarang….” sapanya padaku.

“Baik saja nih…. kamu gimana… kok sepi amat seh… pada kemana nih”

“Iya nih… nggak ada siapa-siapa nih dirumah… jadi kesepian makanya aku undang kamu kesini buat nemenin aku…”

“Nggak salah nih ntar suami kamu marah lagi”

“Ah.. nggak apa-apa lagi…. dia lagi di LN sekarang nih…”

“Yuk.. masuk…. kita ngobrol di dalam aja deh”

Kamipun masuk kedalam rumahnya Rani. Wah…. benar-benar mewah nih rumah..semua perabotannya sangat mengagumkan.

“Mari.. silahkan duduk…. jangan malu-malu.. anggap saja seperti rumah sendiri”

“Thank’s….”dan akupun duduk

“Oya.. mau minum apa nih…. panas, dingin atau yang hangat..” kata si Nyonya rumah.

“Jadi bingung nih..milihnya …” kataku padanya.

“Ya…kalau yang panas… teh sama kopi, trus kalau mau yang dingin.. ada soft drink..” balas si Rani.

“Trus kalau aku milih yang hangat gimana” tanyaku lagi.

“Ya… ada deh…” kata Rani sedikit genit.

“Ok deh… kalau gitu.. aku minta yang hangat aja deh” kataku coba menggodanya.

“Ah.. kamu ini bisa aja…. ntar kalau aku kasih kamu nggak susah nanti”

“Ya..tergantung yang ngasih dunk…”

Rani bangkit dari duduknya ….

”Bentar ya …aku ke belakang dulu”

Ia pergi meninggalkanku diruang tamu yang mewah itu. Rani kembali lagi ke ruang tamu dengan membawa dua gelas jus orange. Dia meletakkannya di atas meja.

“Lho..tadi katanya yang hangat.. kok yang itu seh” kataku padanya.

“Yang hangat ntar…. so pasti aku kasih deh”

Akupun duduk kembali.

“Ran…rumah kamu bagus banget deh…. semuanya kamu punya… so pasti kamu bahagia dong dengan suami kamu….”

“Ah ..siapa bilang.. dari luarnya saja aku keliatan bahagia” katanya mulai serius.

“Memang semuanya aku punya tapi khan itu nggak menjamin aku bahagia”

“Bayangin aja deh.. dalam satu bulan palingan suamiku 3 hari ada dirumah”

“Selebihnya ..ya kesana kemari.. ngurusin bisnis keluarganya yang segudang itu…jadi kamu bisa bayangin deh.. betapa aku sangat kesepian..”

Rani mulai menceritakan semua keluhan yang ada dalam dirinya. Kucoba memahami setiap jalan ceritanya sambil sesekali mataku nakal melirik bagian tubuhnya yang sangat menggairahkan sekali.

Saat itu,Rani mengenakan kaos yang cukup ketat sekali sehingga mencetak seluruh lekuk tubuhnya yang sangat indah itu. Dibalik kaos ketat lengan pendek itu sepertinya Rani tak mengenakan Bra itu terlihat dari tonjolan kecil dipuncak dadanya yang padat dan berisi. Perlahan terasa sesuatu bergerak nakal dari balik celana yang kukenakan.

Rani bangkit dari duduknya dan pindah disampingku. Tercium bau harum parfumnya yang sangat mengundang gairah.

“Ndy.. aku kangen banget deh sama kamu….” katanya padaku.

“Oya…”kataku padanya.

“Iya nih…. apalagi sama…….” katanya terputus.

“Sama apa seh Ran…..”

“Sama….. sama ini nih….” katanya sambil meletakkan tangannya diatas gundukan batang kejantananku.

Kontan saja aku terkejut mendengar penuturannya yang begitu spontan walau sebenarnya aku juga menginginkannya.

Karena tak ada kata-kata yang keluar dari mulutku, Rani tak memindahkan tangannya dari atas selangkanganku.. malah sebaliknya dia mengelus pelan batang kejantananku yang masih tersembunyi dibalik celana panjang yang kukenakan.

Perlahan mukaku dan muka Rani makin mendekat. Rani memejamkan matanya sambil merekahkan bibirnya padaku. Kukecup bibirnya yang merah itu. Mulutku bermain dimulutnya yang mungil dan seksi. Sesekali lidahku berpilin dengan lidahnya. Rani sangat bergairah sekali menyambut ciuman bibirku dibibirnya.

Sementara itu tanganku tak tinggal diam. Kucoba meraba dua bukit kembar yang tumbuh didadanya. Begitu hangat, padat dan berisi. Terasa sangat halus sekali kulit dadanya Rani. Dua puncak dadanya yang mulai mengeras tak luput dari remasan tanganku. Dan tangan Rani semakin liar bergerilya diatas gundukan batang kejantananku yang mulai mengeras.

Rani beranjak dari tempat duduknya. Perlahan ia mulai membuka satu persatu pakaian yang melekat ditubuhnya. Hingga akhirnya tak sehelai benangpun yang menempel ditubuhnya. Kuperhatikan tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Begitu sangat sempurna sekali. Dua gundukan bulat menggantung didadanya ditambah dengan bukit kecil yang ditumbuhi bulu hitam yang lebat menandakan kalau Rani type wanita haus seks.

Rani kembali duduk bersimpuh dihadapanku. Kali ini ia mulai membuka celana panjang yang masih kukenakan. Begitu celanaku terbuka.. nongollah batang kejantananku yang mulai mengeras dibalik celana dalamku. Namun tak berselang lama celana dalamku pun telah terbuka dan tinggallah penisku yang tegak bak torpedo yang siap meluncur.

Tangannya yang halus itu mulai membelai batang kejantananku. Lama kelamaan ukurannya makin membesar. Rani mulai menjilat ujung kepala penisku. Mulutnya yang mungil itu menjilati permukaan kulit batang kejantananku hingga sampai kedua buah biji pelerku. Beberapa saat lamanya Rani menikmati batang kejantananku dengam ciuman-ciuman yang sangat menggetarkan persendianku. Sementara kedua tanganku meremasi kepalanya. Hingga sesuatu terasa berdenyut dibatang kejantananku. Sesuatu yang ingin muncrat dari ujung kepala penisku. Aku semakin kuat menjambak rambutnya Rani dan menekannya kedalam hingga ujung kepala penisku menyentuh ujung tenggorokannya.

“Akhhh..Ran.. aku mau keluar nih” erangku padanya.

Beberapa detik kemudian spermaku tumpah didalam mulutnya Rani. Tanpa merasa jijik sedikitpun Rani menelan setiap tetes spermaku. Dan sambil tersenyum. Rani menjilati sisa-sisa sperma yang masih tersisa dibatang kemaluanku.

Beberapa saat kamipun istirahat setelah aku mencapai orgasme yang pertama. Kemudian aku berdiri dan mengangkat tubuh montok Rani dan merebahkannya diatas sofa yang empuk. Kini tiba saatnya bagiku untuk memulai babak permainan berikutnya. Aku membuka kedua kaki Rani lebar-lebar. Kudekatkan wajahku kepermukaan perutnya yang datar. Dengan penuh nafsu aku menjilati setiap permuakaan kulit perutnya yang halus itu. Rani menggelinjang hebat merasakan jilatan bibirku dipermukaan kulit perutnya yang ramping.

Rani merasakan dirinya seolah terbang ke sorga kenikmatan saat ujung-ujung lidahku mengelitik organ-organ sensitifnya. Ia melupakan sejenak bayangan suaminya yang saat ini sedang berada diluar negri. Baginya, kenikmatan yang kuberikan padanya tak ada bandingnya dengan limpahan materi yang diberikan oleh suaminya. Desahan, erangan dan jeritan Rani makin menbuatku bersemangat menusuk-nusuk permukaan Vaginanya dengan ujung lidahku.

“Sayang…. cepet dunk masukin punyamu ke memek aku…. udah nggak kuat nih” rengeknya padaku.

Akupun memenuhi permintaan Rani yang sudah tidak tahan menunggu batang kejantananku yang tegang dan mengeras untuk masuk kedalam vaginanya Rani.

Aku memegang batang kejantananku dan mengocoknya sebentar kemudian mengarahkannya ke lubang vagina Rani.

Aku mulai maju mendorong pantatnya Rani. Beberapa kali kucoba selalu meleset. Mungkin karena ukuran senjataku yang cukup besar hingga sulit untuk menembus lubang vaginanya yang rapet. Namun setelah beberapa kali mencoba, akhirnya batang kejantananku masuk menembus lubang memeknya Rani. Tanpa membuang waktu lagi, kugerakkan pantatku maju mundur menusuk memeknya Rani. Dengan penuh nafsu, Rani menikmati gerakan penisku yang maju mundur menusuk vaginanya. Desiran dan desahan beriringan keluar dari mulutnya yang mungil itu. Rani mengimbangi gerakanku dengan memaju mundurkan pantatnya yang bahenol itu.

Sekitar tiga puluh menit berlalu, Rani merasakan akan mencapai klimaks. Rani mengangkat pantatnya dan menggelinjang hebat. Wajahnya berubah ganas, matanya mendelik saat puncak kenikmatan itu datang. Aku tahu kalau Rani akan mencapai klimaknya. Kupercepat gerakan pantatku menusuk vaginanya sampai akhirnya puncak kenikmatannya datang. Rani mendekap erat tubuhku, vaginanya berkedut-kedut menjepit batang kejantananku. Cairan hangat dan kental merembesi dinding vaginanya. Orgasme yang beruntun telah dialami Rani si bunga SMA.

Untuk beberapa saat.. kubiarkan Rani menikmati sisa-sisa orgasmenya  sebelum kami melanjutkan permainan yang berikutnya. Perlahan Rani bangkit dari tidurnya dan duduk diatas sofa empuk itu. Akupun duduk di sampingnya. Tanganku singgah digundukan vagina yang ditumbuhi rambut halus itu. Kubelai perlahan untuk membangkitkan kembali gairah wanita cantik yang ada disampingku ini. Perlahan terdengar desahan lembut dari mulut Rani. Sementara itu mulutku tak lepas dari dua puncak mungil di dadanya.

Merasa sudah tepat saatnya bagiku untuk menuntaskan permainan ini… kuangkat Rani dan kududukkan ia diatas pahaku. Posisinya kini tepat berada diatas pangkuanku, sehingga dua buah dadanya yang padat membusung tepat berada didepan mulutku. Kugosok-gosok ujung penisku kemulut vaginanya. Kutekan ujung penisku hingga amblas masuk kedalam vaginanya. Kudiamkan perlahan, kunikmati beberapa saat kontolku bersarang dalam memeknya Rani.

Perlahan kugerakkan pantatku naik turun menusuk lubang kemaluannya Rani. Gerakanku makin lama semakin cepat membuat tubuh Rani bergoyang-goyang diatas pangkuanku. Terdengar erangan kenikmatan dari mulut Rani. Beberapa kali ia harus memekik kecil tatkala penisku yang makin membesar menyentuh ujung rahimnya. Sementara dua buah gundukan didadanya bergoyang-goyang tak karuan. Kedua tanganku meraih dua gundukan itu dan meremasnya perlahan.

Beberapa menit kemudian terasa sesuatu menyesak dalam batang kejantananku. Mungkin tiba saatmya bagiku untuk orgasme. Dengan diiringi desahan panjang secara bersamaan, aku dan Rani mencapai orgasme. Kusemprotkan spermaku yang hangat didalan vagina Rani. Beberapa saat kemudian Ranipun menyusul. Cairan hangat merembesi dinding vaginanya yang hangat itu. Aku mencabut batang kejantananku dari dalam vaginanya Rani.

Dengan cepat Rani jongkok diselangkanagnku dan menjilat sisa-sisa sperma yang masih menempel dipenisku.

Sesaat kemudian Rani tersenyum padaku. Senyum penuh kepuasan… yang tak pernah ia dapatkan dari suaminya tersayang. Aku bangkit dan mengenakan kembali pakaianku. Kulihat jam ditanganku sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Akupun pamit pada Rani.

Namun sebelum aku pergi meninggalkam rumah Rani, ia memberikan sesuatu buatku sebagai hadiah. Sebuah handphone terbaru dan motor besar. Semula aku menolak pemberiannya namun ia berharap sekali aku menerima pemberiannya itu. Demi menghibur hatinya Rani, kuterima hadiah yang bagiku cukup besar sekali. Kupergi meninggalkan Rani dengan membawa handphone dan sebuah motor besar. Hadiah yang mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan kenikmatan seks yang kudapatkan hari ini dan bahkan akan kudapatkan hari-hari berikutnya bersama wanita cantik yang pernah menjadi Bunga SMA.





Di foto dan disetubuhi keponakanku

18 05 2009

Namaku Ida. Usiaku adalah 34 tahun. Walaupun aku bukan termasuk cewek yang cantik, teman-temanku sering mengatakan kalau aku ini termasuk cewek yang menarik. Rambutku lurus berwarna hitam dengan panjang mencapai punggungku. Tubuhku yang sedikit berisi menyebabkan payudaraku menyesuaikan diri sehingga aku mengenakan bra nomor 36B untuk membungkus kedua payudaraku itu. Vaginaku dihiasi oleh bulu-bulu yang indah walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak. Aku tinggal sendirian di rumahku yang terletak di kota Surabaya ini karena sampai saat ini aku masih belum menikah. Walaupun demikian, kehidupan seks yang aku jalani sangat indah karena aku selalu mendapatkan cara untuk memuaskan hasratku.

Pada suatu hari Minggu siang minggu ke tiga bulan September 2007, aku di telepon oleh keponakanku yang bernama Alex saat aku sedang membaca. Usianya 16 tahun dan berwajah lumayan tampan.

“Halo, tante Ida .. ?”, katanya dari seberang telepon.

“Iya, siapa ini..?”, tanyaku.

“Alex, tante..”

“Oh.. kenapa, Lex?”

“Tante, kalau boleh Alex mau minta bantuan tante.”

“Bantuan apa ?”

“Boleh tidak kalau tante jadi model untuk Alex foto ?”

“Buat apa kamu foto-foto tante?”

“Cuma iseng aja kok ..”

Aku mengerti dengan keinginannya ini. Alex sedang menekuni hobi fotografi sehingga tentu saja dia mencari-cari apa saja yang bisa di foto olehnya.

“Boleh saja..”, kataku.

“Terima kasih tante. Saya akan datang sebentar lagi. Kira-kira 10 menit lagi sampai. Kita foto-foto di rumah tante saja.”

“Oke, kalau gitu. Tante tunggu, ya…”

Aku menutup telepon itu dan segera menuju ke kamar tidurku untuk mengambil pakaian agar aku dapat menutupi tubuhku yang saat ini hanya sedang memakai celana dalam berwarna putih saja. Jika aku sendirian di rumah, aku memang biasanya selalu dalam keadaan setengah telanjang atau telanjang bulat. Bila ada yang hendak datang, baru aku mencari pakaian untuk menutupi tubuhku itu. Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak aku berumur 27 tahun yaitu sejak aku tinggal sendirian di rumah itu.

Di dalam kamar tidurku, aku tidak langsung menuju lemari pakaian. Aku memutuskan untuk membubuhkan sedikit make up ke wajahku sebab Alex akan memakaiku sebagai model untuk fotonya dan aku ingin tampil sedikit menarik di depan kameranya. Setelah selesai memakai make up, dari dalam lemari pakaian aku mengambil sebuah rok terusan tanpa lengan berwarna putih dengan strip biru yang panjangnya sedikit di atas lututku. Tanpa memakai bra lagi, aku segera memakai rok itu dan merapikannya sebelum akhirnya aku mengikatkan ikat pinggang putih yang menjadi bagian dari rok itu.

Baru saja saat aku selesai mengenakan pakaianku, aku mendengar bel pintu berbunyi. Dengan melangkah sedikit cepat, aku keluar dari kamar tidurku dan segera menuju pintu depan untuk membuka pintu. Rupanya Alex sudah tiba di rumahku.

“Halo tante.. Tante kelihatan cantik“, katanya sambil tersenyum.

“Tentu saja. Kan mau jadi model.. ayo, masuk.. ”, kataku sambil tersenyum pula.

Alex segera melangkah masuk ke rumahku. Aku segera menutup pintu depan dan kemudian mengajaknya ke ruang tengah. Sesampainya kami di ruang itu, Alex berkata,

“Kita bisa mulai tante ?”

“Oh, bisa saja .. kamu mau di mana ?”, tanyaku.

“Bagaimana kalau di teman belakang rumah tante ?”

“Ok..”

Kami kemudian menuju ke taman belakang rumahku. Taman belakang rumahku termasuk cukup luas dan memiliki tatanan yang cukup bagus serta dikelilingi oleh pagar tembok yang cukup tinggi sehingga tidak ada orang yang bisa melihat ke dalam tamanku ini. Sesampainya kami di taman ini, Alex mulai mengeluarkan kamera digitalnya dan memulai kegiatannya. Alex bertindak sebagai fotografer sekaligus pengarah gaya. Setelah beberapa lama, akhirnya kami hampir selesai.

“Tante, ini foto yang terakhir. Aku minta tante berdiri membelakangiku. Saat aku memberikan aba-aba, tolong tante berputar menghadapku. Tolong jangan berputar terlalu cepat. Biasa saja.. “, katanya.

Aku melakukan apa yang seperti dia katakan dan dia menjepretku. Akhirnya kegiatan kami sudah selesai dan kami tinggal melihat hasilnya. Alex segera memindahkan foto-foto tersebut dari memory card ke dalam laptop yang dibawanya. Setelah selesai, aku dan Alex bersama-sama memeriksa hasil fotonya. Foto yang terakhir membuatku agak terkejut, sebab di dalam foto itu terlihat bahwa ternyata saat aku berputar, rokku tersibak dan celana dalamku yang berwarna putih terlihat dengan jelas.

Selain itu, tanpa aku sadari ternyata bagian dada dari bajuku menjadi longgar karena beberapa kali bergaya sehingga sebagian payudaraku terlihat tidak tertutup, bahkan puting payudaraku terlihat samar-samar dari baliknya. Saat aku melihat keponakanku, wajahnya terlihat datar saja. Rupanya dia sudah tahu kalau hasilnya bakal begini.

“Foto ini paling bagus”, katanya.

“Tapi celana dalam tante kelihatan ..”, kataku.

“Justru di sini bagusnya. Tante kelihatan seksi sekali..”

Aku tersenyum saja. Walaupun sedikit merasa malu, aku menyukai fotoku yang terakhir itu juga.

“Lex, tante minta copy dari file gambar yang terakhir ini..”, katak.

“Oke..”, katanya.

Setelah kegiatan kami berakhir, Alex tidak langsung pulang. Kami kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa untuk berbincang-bincang. Selama berbincang-bincang, Alex terus menatap bagian dadaku yang sejak tadi menampakan sebagian payudaraku seperti di dalam foto karena aku lupa untuk membetulkannya. Saat aku menyadari hal itu, aku tidak berusaha untuk menutupinya. Ada perasaan senang yang menjalari tubuhku. Setelah beberapa lama, akhirnya aku berkata,

“Lex, kenapa melihat dada tante terus ?” Alex sedikit terkejut.

Dia menoleh ke tempat lain sambil menjawab,

“Ngak ada apa-apa, kok tante..”

Aku tersenyum melihat tingkahnya. Aku sangat suka kalau dia melihatku seperti itu.

“Lex, kalau kamu suka, kamu boleh melihatnya lagi kok”, kataku.

Tanpa menunggu tanggapan dari Alex, aku melebarkan bagian dada bajuku sehingga kali ini kedua payudaraku dapat terlihat dengan jelas. Alex yang mendapat pemandangan seperti itu segera saja melotot dan melahap kedua payudaraku dengan pandangan yang penuh minat. Aku yang melihatnya seperti itu tersenyum dan membiarkan Alex untuk menjelajahi dadaku dengan pandangannya. Akhirnya Alex menjadi tidak tahan. Dia bertanya kepadaku,

“Tante, bolehkah Alex memegangnya?”

Aku mengangguk sambil tersenyum.Tanpa membuang waktu lagi, Alex segera menggapai kedua payudaraku dengan tangannya dan mulai meremas-remas serta mempermainkan putingnya. Kontan saja aku menjadi terangsang. Kubaringkan tubuhku ke atas sofa dan kupejamkan mataku untuk menikmati sensasinya. Setelah agak lama, tanpa permisi lagi Alex mulai menciumi dan menjilati kedua payudaraku. Aku terus saja memejamkan mata dan menikmati setiap rangsangan di payudaraku. Tubuhku ikut memberikan reaksi terhadap rangsangan itu. Aku merasakan cairan kewanitaanku mulai mengalir dan membasahi vaginaku. Setelah beberapa lama, tanganku mulai membuka pakaian Alex.

Sambil terus menciumi dan menjilati kedua payudaraku, Alex membantuku membuka bajunya sehingga dalam sekejab Alex berada dalam keadaan telanjang bulat. Penisnya terlihat berdiri tegak karena sudah pasti dia juga dalam keadaan terangsang. Untuk sementara, dia melampiaskan nafsunya kepada kedua payudaraku. Aku tidak mau ketinggalan. Kujulurkan tanganku untuk menggapai penisnya. Setelah penisnya berada di dalam genggamanku, aku mulai memainkan penisnya pula. Setelah beberapa saat lamanya, Alex melepaskan bibirnya dari payudaraku dan berkata,

“Tante, kalau boleh aku juga ingin melihat memek tante”

Mendengar permintaannya ini aku segera berdiri dan mengangkat rokku dengan tanganku sehingga sekali lagi aku memamerkan celana dalam putihku kepadanya.

“Kamu buka sendiri celana dalam tante”, kataku.

Alex segera berjongkok di depanku dan dengan tangan yang agak gemetar meraih celana dalamku. Dengan perlahan-lahan namun pasti, celana dalamku melorot turun dan sedikit demi sedikit memperlihatkan rambut vaginaku sampai akhirnya keseluruhan vaginaku tidak lagi ditutupi oleh celana dalam putihku. Vaginaku terlihat sedikit basah oleh karena cairan kewanitaaanku.

Alex membiarkan celana dalam putihku tersangkut di bagian lututku dan mulai meraba vaginaku.

“Tante, ini indah sekali”, katanya sambil membelai rambut vaginaku dengan lembut.

Aku diam saja dan kembali merasakan rangsangan yang kali ini berpindah dari payudara ke vaginaku. Dengan jarinya, Alex menyodok-nyodok liang vaginaku sehingga jarinya dibasahi oleh cairan kewanitaanku. Setelah Alex menjilati jari-jarinya itu sampai semua cairan kewanitaanku yang menempel di jarinya habis, dia kembali menyodok-nyodokan jarinya di liang vaginaku lagi. Dia melakukan hal itu berkali-kali. Kelihatannya dia sangat menikmati cairan kewanitaanku. Sambil menusuk-nusuk liang vaginaku, jari-jarinya yang lain memainkan klitorisku. Rangsangan yang aku rasakan menjadi semakin hebat.

Di saat aku merasakan tubuhku menjadi semakin lemas, aku segera membaringkan diriku di atas sofa karena rangsangan menjadi semakin kuat. Tak henti-hentinya mulutku mendesah-desah karena merasa nikmat. Setelah puas meraba vaginaku, Alex mulai menciumi dan menjilati vaginaku. Kali ini rangsangan terasa semakin dahsyat. Aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mendesah dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sementara Alex terus saja menciumi dan menjilati vaginaku. Aku yang sudah dalam keadaan sangat terangsang akhirnya mulai tidak tahan.

“Lex, buka pakaian tante sampai tante telanjang bulat..”, kataku sambil mendesah-desah.

Alex tidak menjawab, tetapi tangannya mulai membuka ikat pinggang rokku dan tidak lama kemudian aku sudah berada dalam keadaan telanjang. Tidak lupa Alex meloloskan celana dalam putihku yang dari tadi tergantung di kedua lututku sehingga tidak ada selembar benangpun yang tersisa di tubuhku. Alex terdiam sejenak dan memandangi tubuhku yang dalam keadaan polos tanpa pakaian.

“Tante cantik sekali. Tubuh tante bagus dan sexy”, katanya.

Aku tersenyum dan berkata,

“Kalau kamu suka, kamu boleh menyetubuhi tante. Tante mau berhubungan intim dengan kamu, kok..”

Dengan tersenyum, Alex kemudian membuka kedua kakiku dan memposisikan penisnya di depan vaginaku. Dengan satu hentakan lembut, seluruh penisnya terbenam ke dalam vaginaku yang diikuti oleh teriakan tertahanku karena merasakan kenikmatan. Setelah itu, Alex mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya menyodok-nyodok di dalam lubang vaginaku. Cairan kewanitaanku turut memberikan andil dalam membantu penis Alex agar meluncur maju mundur dengan mudah dalam liang vaginaku ini. Kami berdua mendesah-desah karena nikmat. Dalam posisi ini, aku mengalami orgasme berkali-kali sambil diiringi erangan-erangan dari bibirku.

Setelah beberapa saat, Alex menarik penisnya dan memberikan isyarat agar aku menungging. Aku menurut saja. Kuputar badanku dan kutunggingkan pantatku di depannya. Sedetik kemudian, aku merasakan penisnya masuk kembali ke dalam liang vaginaku dan mulai menyodok-nyodok lagi. Rupanya Alex melakukan doggy style kali ini. Sekali lagi aku terjebak dalam dashyatnya kenikmatan berhubungan intim. Beberapa kali aku merasakan orgasme yang luar biasa sebelum akhirnya aku mendengar erangan kenikmatan dari bibir Alex yang disertai dengan semburan spermanya di dalam rahimku yang menandakan bahwa akhirnya Alex telah mencapai kenikmatan puncak pula.

Sperma Alex terasa hangat di dalam rahimku. Setelah menyemburkan spermanya, Alex mencabut penisnya. Aku merasa bahwa ada sedikit sperma yang meleleh keluar dari liang vaginaku dan membasahi vaginaku bagian luar saat penisnya tercabut. Segera saja aku menjulurkan jari-jariku ke vaginaku dan mengambil lelehan sperma yang mengalir turun. Setelah jari-jariku berlumuran sperma Alex, aku membersihkan jari-jariku dengan menjilat-jilat sperma yang melekatinya. Rasa sperma yang khas selalu membuat aku senang.

Setelah itu, aku membalikkan badanku yang dalam keadaan telanjang menghadapnya terlentang. Sisa sperma Alex yang sudah tinggal sedikit masih terlihat menempel di vaginaku bagian luar. Alex kemudian merebahkan dirinya di atas badanku dan memelukku. Aku segera membalas pelukannya. Sambil berpelukan dalam keadaan telajang bulat, kami saling berciuman bibir dengan mesra untuk beberapa saat lamanya. Perasaan yang nikmat masih tersisa di antara kami. Akhirnya setelah beberapa saat, kami memperoleh kekuatan kami kembali. Kami segera bangkit dari pembaringan dan mulai memunguti pakaian kami yang tercecer di mana-mana. Aku segera mengenakan kembali celana dalam putih dan rokku. Setelah selesai berpakaian, kami kembali duduk di sofa dan berbincang.

“Tante, tadi enak sekali. Tante memang nikmat”, katanya.

Aku tersenyum saja dan lalu berkata,

“Kamu juga hebat. Kamu belajar dari mana ? Usiamu kan baru 16 tahun, tapi kok kayaknya kamu sudah sering melakukan hubungan seks?”

“Ah, tante. Alex ini sudah sering melakukannya sama mama di rumah..”

Aku sangat terkejut mendengarnya. Rupanya selain aku, kakakku juga melakukan incest dengan anaknya sendiri. Tapi hal ini membuat aku sedikit lega sebab setidaknya kakakku tidak akan mempermasalahkan hubungan seksku dengan anaknya bila dia sendiri juga melakukannya.

“Terus, mana yang lebih enak? Mamamu atau tante ini?”

Alex tersenyum sambil berkata,

“Kalian berdua sama-sama enak, kok.. tapi kalau disuruh memilih, Alex masih lebih suka melakukannya dengan tante soalnya tante lebih cantik dari mama, sih..”

“Apa kamu sering melakukan dengan mamamu?”

“Kalau papa ngak ada di rumah aja”

Aku diam saja kali ini. Beberapa saat kemudian Alex berkata,

“Tante, Alex mau pamit.”

“Sudah mau pulang ?”

“Iya, tante.”

“Ya, sudah kalau gitu. Hati-hati di jalan, ya..”

“Ok.. Oh ya, lain kali Alex masih boleh memotret tante?”

Aku mengangguk sambil tersenyum.

“Tentu saja, kalau mau pose yang agak nakal tante bersedia kok”, kataku.

“Bayarannya pakai ‘itu’ ya..”

Kali ini aku tertawa.

“Apa saja, deh..”

Alex melangkah pergi sambil melambaikan tangannya. Aku membalas lambaiannya dan memandang dia mengendarai mobilnya sampai menghilang dari pandanganku sebelum akhirnya aku menutup pintu rumahku dan menguncinya. Hari ini merupakan hari yang sungguh menggembirakan bagiku karena aku memperoleh satu cara lagi untuk memuaskan hasratku.





Bercinta dengan Mba Dewi sambil menyusui

18 05 2009

Hampir tiap sore beberapa minggu ini, kegemaraanku untuk bersepeda ke lingkungan tempat tinggalku muncul kembali. Kesehatan memang salah satu alasan kenapa hal ini sering aku lakukan sekarang, namun ada alasan lain yang kemudian menjadi alasan utamaku yaitu seorang cewek atau lebih tepatnya seorang ibu/tante di salah satu daerahku.

Mbak Dewi, begitulah aku sering memanggilnya. Perawakan dengan tinggi 168 cm, berwajah khas orang kota gudeg dan padat berisi khas seorang ibu-ibu muda jaman sekarang. Aku, Dana, seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi ternama di Indo.

Saat aku bersepeda, aku selalu bertemu dengan mbak Dewi, dia selalu menggendong anaknya yang masih berumur 2 tahun di sebuah SD dekat rumahku sambil menyuapi makanan ke anaknya. Dan sering pula aku memergoki mbak Dewi sedang menyusui anaknya tersebut, pemandangan itulah yang membuat saya sangat betah untuk melihatnya. Mbak Dewi tanpa malu-malu menyusui anaknya di tempat umum dan dilihat olehku. Sering pas aku melihat prosesi tersebut, dia malah tersenyum kepadaku.

”Wah ada tanda-tanda sesuatu ini” pikirku

Dasar otak ngeres, yang dipikir pasti yang itu-itu aja..hehe

Malah kadang aku ngerasa dia sengaja memamerkan payudaranya kepadaku, yaitu waktu menyusui kadang dia membuka hampir separuh kancing bajunya sehingga telihat dua buah dadanya yang mengkal itu. Dan setelah beberapa lama aku baru tahu kalo ukurannya 34C. BH yang dia pakai tiap hari selalu membuatku merasa bahwa payudaranya semakin hari semakin merangsang saja. Kadang hitam, pink, merah, biru, ungu dan yang paling aku suka yaitu bentuk BH yang mempunyai renda. Hot banget rasanya.

Suatu ketika, aku beranikan diri untuk berbincang dengannya. Hari itu dia sedang memakai baju seperti baju tidur berwarna biru laut dengan rok longgar berwarna putih. Masih kayak anak muda aja deh walau umurnya telah menginjak kepala 3.

”Apa kabar mbak?? Lagi asyik ngapain ne??” tanyaku

”Ini dek, biasa nyuapin Didi sambil jalan-jalan”. ”Sekalian nyari udara segar sore hari” lanjutnya..

”Wah sehat banget keliatannya mbak anaknya, pasti makannya banyak ya?”

”Ga juga si Dan, Cuma nyusunya itu loh, kenceng banget.”timpalnya

Otakku yang ngeres langsung deh mengarah ke hal yang iya-iya…

”Wah susu yang mana ne mbak??” tanyaku sambil tersenyum mupeng.

“Ya susu botol dan susu ini.” sambil dia memegang payudaranya sendiri.

“Glek, wah mau dong mbak minta susunya, biar aku juga sehat.”

Hehehe sambil cengenges2an…..

“Wah susu yang mana ne Dan, klo susu botol kan ga mungkin toh kamu uda besar.”

”Jangan-jangan yang ini ya??” sambil senyum juga mbak Dewi ini.

Wuiih…berani juga ne mbak Dewi, langsung aja de gue jawab dengan ketawa juga…

”Emang boleh ya mbak??”

Tiba-tiba si Didi merengek dan minta susu ke Ibunya..

”Bentar ya Dan, Didi minta tetek ni.” sambil dia buka kancing baju 3 biji dan ngeluarin kedua teteknya yang masih terbungkus BH warna hitam berenda itu.

Wah pucuk dicinta ulam pun tiba, akirnya bisa ngeliat dari dekat prosesi ini. Tetek mbak Dewi sangat indah ternyata, apalagi BH yang dipakai sangat kontras dengan kulitnya yang kuning langsat dan yang paling aku sukai ”BHnya berenda cuy”….yes yes yes

Begitu teteknya terbuka satu, langsung deh si Didi menyerobotnya dengan cepat dan menghisap dengan kencang.

”Pelan-pelan sayang, nanti tersedak lho” sambil mbak Dewi mengocok-ngocok teteknya yang sudah dikenyot anaknya itu.

Wah jadi mupeng nih, putingnya yang coklat dan agak besar sempat terlihat sekilas oleh mataku.

”Dedek yang dibawah sudah mulai berontak ne, gawat” batinku

Waktu itu kami berada di pinggir lapangan sebuah SD, tepatnya di tempat duduk di luar kelas yang terletak dipojokan gedung. Mbak Dewi tiba-tiba meminta anaknya untuk berganti posisi agar anaknya mengenyot tetek yang satunya. (uda abis mungkin yang kiri??) Tetek yang uda selesai diisep anaknya dibiarkan menggantung bebas,

”Duh otong uda ga kuat nih, udah berdiri tegak didalam celana dan membuat aku jadi salting. Mbak dewi ternyata melihat gelagat anehku ini.

”Kamu kenapa Dan??” tanyanya.

Dengan terkaget aku menjawab

“Anu.. emm.. eh ngga papa kok mbak.”

“Jangan bohong kamu Dan, kamu pengen ya??”

Duh makin tegang aja dengan pertanyaan seperti ini. Tapi karena amin telah mengalahkan iman maka akupun jawab…

”Emangnya boleh ya mbak? Nanti ada yang marah?”

”Ya asal ga rebutan sama Didi ya ga papa.”

Wah bener-bener beruntung nih hari ini….

”Maksudnya Mbak?” sok sok belagak bego ne gue.

Sambil memutar-mutar teteknya yang sebelah kiri dia bilan…

”Ayo sini aja, masih ada satu kok.”

”Tapi pelan-pelan ya, si Didi mau tidur ni kayaknya” lanjutnya.

Langsung aja gua deketin mbak Dewi, pertama-tama gue masih ragu, namun dia terus menarik tanganku untuk menyentuh bukit yang indah itu.

”Jangan malu Dan…” sambil menyentuhkan tanganku ke buah dadanya itu..

Ku elus-elus tetek itu dengan lembut, seru juga ya mainin tetek cewek yang menyusui sambil ada anaknya yang sedang netek. Waduw kayak threesome aja, tapi yang satu masih anak-anak. Lama kelamaan remesanku terhadap teteknya ternyata membuatnya ON, terus gue beranikan untuk mencium putting yang imut itu.

“Mas di sebelah sana aja yuk?” dengan menunjuk sebuah pelataran kecil di pojok gedung dengan lokasi agak ke belakan.

Wah seru juga ne tempatnya..

“Ayo mas dilanjut lagi.” Ajaknya

“Mbak dibuka aja deh bajunya, biar lebih leluasa.”pintaku

Akhirnya dia membuka baju itu dengan mudah karena tinggal beberapa kancing saja yang belum terbuka. Dengan BH yang masih menempel diatas teteknya, aku mulai mengisap, memilin, menjilat dan memainkan dengan lidahku. Tangannya mulai bereaksi terhadapku, menelusurlah tangan kirinya ke selangkanganku. Mulailah dia mengelus dari luar, kemudian tak berapa lama telah masuk ke dalam celana kolorku.

Di tempat itu, terdapat sumur dengan sedikit lantai kering berbahan beton yang hangat karena terkena sinar matahari seharian. Dengan perlahan aku rebahkan dia di lantai tersebut dengan Didi masih mengenyot teteknya yang kanan tanpa terusik sedikitpun. Dia memintaku melepas celana dan baju yang kupakai sehingga hanya tertinggal celdam GTman-ku yang menempel.

Langsung akupun rebahan di samping mbak Dewi sambil saling berciuman. Ganas juga ciumannya, lidah kami saling bertemu, mulut pun beradu sambil tangan kiriku bergerilya di dalam roknya. Bergantian aku mencium bibir dan teteknya itu sambil tangan kiri mengelus gundukan selangkangannya. Tangan kananku tak mau kalah mulai melepas kaitan BH yang masih menempel itu. Mbak Dewi juga makin liar mengelus dedekku dari luar celana dalam, kemudian karena tidak puas dia masuk ke dalam celana dalamku dan mengelus+mengocok dedekku.. mantap bener rasanya, namanya juga udah pengalaman kali ya?

”Dan, mbak ga bisa bangun ne, jadi tolong bukain celana dalammu ya?”

Langsung kubuka celana dalamku sambil berdiri. Kulihat dia tersenyum menatapku, ketika terlepas, menyembullah dedek yang sudah tegang ini.

”Gede banget Dan? Punya suami mbak aja kalah”

Dedekku masih standar dengan ukuran 17cm, namun gendut dari pangkal ke ujung.

”Masak si mbak?” tanyaku..

”Mbak, aku boleh minta diemut ga dedeknya?”

Sambil senyum dia mengangguk tanda mengiyakan. Aku arahkan dedekku ke mulutnya, dan langsung dijilati pelan-pelan sampai dia menelannya. Tanganku tak mau menganggur, aku raih tetek yang kanan dan dengan sedikit susah payah aku jangkau celana dalamnya yang berwarna hitam berenda pula, kemudian aku lepaskan namun dengan rok yang masih terpakai. Sambil terus menjilat dan mengulum dedekku, aku terkagum melihat vaginanya yang tercukur mulus dengan bibir merah dan sedikit menjulurkan kulitnya keluar, langsung saja aku memposisikan diri membentuk angka 69.

Dengan perlahan aku menjilat bibir vaginanya, aku julur-julurkan lidah ini ke dalamnya secara perlahan. Sengaja aku memancing nafsunya agar terus naik, terlihat dari cara dia mengulum dedekku yang semakin liar. Disedot-sedot dengan kenceng ddedek ini sampai tertelan semuanya,

”Wah hebat nih, dedekku sampai bisa ditelan abis” pikirku.

Jariku mulai ikut campur dengan lidahku, mulai aku masukkan sedikit ujung telunjukku ke miss V nya dengan terus menjilat, aku ga mau merusak vagina yang indah ini dengan tanganku. Hanya dedekku yang hanya boleh masuk lebih dalam lagi. Lenguhan mbak dewi yang terangsang dengan aksiku terdengar cukup keras, untung daerah tersebut sepi dan jarang dilewati orang. Anaknya, Didi, gak merasa terganggu dengan lenguhan mamanya itu namun tetap tertidur, mungkin ngantuk berat kali??

Hehehe… tanpa terasa vaginanya udah basah banget dan tak berapa lama cairan benih agak putih keluar dari lubang surga tersebut, tubuh mbak Dewi agak terhentak dan mulutnya terasa sedikit menggigit dedekku.

”Pasti dia udah sampai duluan ni?” pikirku dalam hati.

Aku hentikan aksiku dan aku cabut juga dedekku dari mulutnya, mbak Dewi terlihat sedikit lemas namun tetap tersenyum penuh gairah terhadapku. Aku sudah sangat terangsang dan pengen memasukkan dedek ini ke sarangnya, begitu juga mbak Dewi yang begitu terangsang melihat dedekku.

”Mbak, aku boleh masukin nih?” tanyaku.

Dia hanya mengangguk dan tersenyum padaku. Aku lebarkan pahanya itu, dengan agak menindih aku masukkan sedikit demi sedikit dedekku ini. Aku resapi tiap jengkal kenikmatan surga ini, belum sampai setengah mbak dewi terlihat sedikit meringis.

” Pelan-pelan Dan… agak sesak nih rasanya..”

”Dan… besar sekali punyamu, tapi nikmat banget Dan!”

”Terus Dan…..” sambil menggigit bibirnya.

Setelah masuk seluruhnya, aku genjot dia dengan posisi MOT dan sambil aku push-up mantep banget, rasanya dalem banget dedek ini menusuknya. Mulutku tak mau kalah, mencium dan mengemut teteknya secara bergantian.

Hampir 15 menit kami dalam posisi seperti ini, karena sedikit lelah akupun berubah posisi. Aku cabut dengan cepet dedekku, serr sensasinya ruaar biasa. Kemudian aku rebahkan badanku disampingnya dan miring kekanan, aku angkat kaki kirinya ke atas kemudian dari samping aku masukkan dedekku lagi.

BLESSS…. dedek ini telah tenggelam lagi kedalam lubang surgawi, aku goyang pelan, sedikit bertenaga dan kenceng….. sambil mulut ini beradu dan tangan kiriku meremas puting tetek sebelah kiri. Lagi asik-asiknya tiba-tiba anaknya terbangun.

”Duh gawat nih?” kataku dalam hati.

Namun mbak Dewi langsung mengelus anaknya dan mendekapnya agar tetap diam dan akhirnya Didipun tertidur kembali sambil netek. Wah lengkap sudah yang mbak Dewi rasakan, udah yang bawah diganjal ama dedekku, kedua teteknya ada yang ngenyot dan mulut juga bergantian aku lumat. Erangannya semakin kuat hampir menuju puncaknya, akupun merasakan ada sesuatu yang mau menyembur dari ujung dedekku.

Semakin kupercepat gerakan dedekku ke dalam vaginanya, semakin liar juga kami berciuman dan semakin ganas tanganku meremas teteknya. Setelah hampir 20 menit dalam posisi tersebut tiba-tiba aku ngerasa uda hampir sampai.

”Mbak aku mau keluar ne..”

”Aku juga Dan, bareng ya…” pintanya.

Aku terus mnggoyangkan dedekku dengan makin cepat, 5 menit kemudian aku sudah tak tahan lagi.

”Mbak….k…k…. aku keluarrrrrrr”

”Aku juga dek…k..k…”

Crot..Crot..Crot…Crot… tumpahlah semua maniku ke dalam vaginanya. Ahhh….. nikmat banget rasanya, sampai ke ubun-ubun rasa nikmat itu. Tapi walau udah keluar aku tetap membiarkan dedekku di dalam vaginanya. Kami masih saling berpagutan lembut menikmati tiap centi kenikmatan yang telah kami lewati, tanganku juga masih mengelus teteknya, anaknya juga masih mengenyot tetek yang satunya secara perlahan.

”Makasih ya Dan….sensasi ini belum pernah aku dapatkan.”

”Sama-sama mbak, makasih juga udah diberi kehormatan mencicipi tubuh mbak.”

”Udah lama aku pengen ama mbak setiap kulihat mbak neteki disini”

”Nakal kamu ya Dan!!”

”Mbak juga sengaja si ngeluarin tetek kok sampe dua-duanya. Hehehehe”

Aku cabut dedekku,

”Ploop..” bunyinya.

Setelah itu aku bangun dan memakai semua bajuku, aku kenakan lagi celana dalam mbak Dewi sambil aku berikan kecupan kecil di bibir vaginanya.

”Uhh…..” lenguh mbak Dewi.

Diapun mengaitkan BHnya tanpa memakai dulu karena Didi masih netek. Kamipun masih berbincang, dan aku masih merasa pengen menghisap teteknya. Mbak Dewi mempersilahkan aku untuk tetap mencium teteknya… sampai menjelang senja akirnya kami keluar dari SD tersebut dengan Didi yang mulai terbangun. Kami pun berjanji akan mengulangnya kembali.

Sungguh sensasi yang luar biasa dari seorang wanita menyusui…